Minggu, 25 Maret 2018

Studi Islam Klasik

Studi Islam Klasik

Perjalanan Mencari Pondok Pesantren

     Hari Kamis tanggal 8 Maret 2018 saya dan kawan-kawan yang terdiri dari dua kelompok  mencari pondok pesantren, di area Surakarta yang mengajarkan kitab kuning. Sebelumnya kami berencana dan sepakat untuk kumpul  di depan kampus IAIN Surakarta pukul 08.00. jam dipergelangan tangan saya menunjukkan pukul 07.35, saya bergegas menuju ke kampus. Waktu  yang saya butuhkan untuk sampai di kampus kurang lebih dua puluh menit, ditengah perjalanan saya berhenti di POM Jatiurip untuk mengisi bensin. Besar  kemungkinan saya sampai dikampus pukul 08.00 lebih.
      Setelah sampai dikampus, ternyata teman-teman saya belum ada yang datang dan saya menunggu sendirian di depan kampus. Beberapa menit kemudian satu persatu dari mereka datang, sebenarnya kami tidak tahu kemana tujuan awal dan kami hanya mengandalkan google maps. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari pondok di daerah laweyan  yang kata orang didaerah tersebut banyak pondok pesantren. Pondok yang sudah kami kunjungi di daerah laweyan antara lain Al-Muayyad Mangkuyudan, Al-Qur’ani Mangkuyudan, Az-Zayadiyy Kabangan,  tapi kami tidak mendapatkan hasil karena salah satu dari pondok tersebut sudah dipakai kelompok lain dan terdapat pondok yang tidak mengajarkan kitab kuning. Saat kami berhenti sejenak di pinggir jalan, tiba-tiba ada ibu-ibu yang mengendarai sepeda mini dan mengahampiri kami, lalu ibu itu berkata “mbak, nempelke beras 1 liter mboten?” dan kami menjawab “ mboten bu”. Terlihat  sekali mata ibu itu berkaca-kaca dan saat ibu itu pergi, kami memperdebatkan arti dari  “nempelke”, apakah artinya menjual atau membeli?.sebenarnya kami kasihan dengan ibu itu,  kenapa kami tadi tidak memberikan sedikit uang,  dan kami baru sadar setelah ibu itu pergi. Memang benar bahwa penyesalan itu datangnya selalu di akhir.
     Kami melanjutkan perjalanan menuju Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoirot yang terletak di Gulon rt 05 rw 21, Jebres, kota Surakarta. sampai di tempat tujuan berdasarkan petunjuk dari google maps, kami merasa bingung bangunan yang tepat dihadapan kami terdapat tulisan “Di kontrakkan”. Kami diberitahu warga sekitar bahwa Pondok Pesantren yang kita cari tepat berada di belakang Kontrakan tersebut. Sesampainya di pondok pesantren ,kami disambut baik oleh ketua pondok putri. Setelah berbincang-bincang mengenai maksud dan tujuan kami, akhirnya kami diperbolehkan untuk stay in dan mengikuti pembelajaran kitab kuning selama 1 x 24 jam. Kami berencana untuk menginap mulai hari rabu pagi sampai kamis pagi.
     Akhirnya kami mendapatkan satu pondok pesantren dan mencari satu pondok pesantren lagi untuk satu kelompok yang mencari bersama saya dan kelompok saya. kami menuju Pondok Pesatren Nahdlatul Muslimat daerah Kauman Pasar Kliwon. sesampainya disana jam menunjukkan pukul 12.00 dan kami malaksanakan ibadah sholat dzuhur dahulu, baru kemudian menemui pengurus pondok, selesai sholat kami mendapatkan informasi bahwa pengurus pondok sedang tidak ada dan informasi lain adalah pondok tersebut tidak mengajarkan kitab kuning.
Kami sudah merasa lapar dan memutuskan makan siang terlebih dahulu untuk mengisi energi, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di perjalanan selanjutnya. Kami berhenti di sebuah warung makan kemudian teman-teman saya duduk dan melihat daftar menu, entah mengapa mereka berdiri dan mengajak mencari tempat lain, ternyata karena harganya sangat mahal. lalu kami pindah mencari warung lain, harganya sama saja tapi disitu terdapat paket hemat. Menurut saya  wajar bila harga makanan di warung makan daerah tersebut mahal karena wilayahnya saja sudah solo kota dan kebanyakan orang-orang yang makan di daerah tersebut pasti ber-uang.
     Selesai makan siang , kami melanjutkan perjalanan mencari pondok pesantren. Pondok yang selanjutnya kami kunjungi ialah Ar-Royan. Saat menuju lokasi , kami dibuat pusing oleh google maps dan kami melewati jalan yang sama secara berulan-ulang. Ternyata letak Pondok Pesantrennya sangat strategi, entah kenapa kami bisa masuk dalam gang-gang kecil. Di Ar-Royan pun kami tidak mendapatkan hasil, dan melanjutkan ke suatu pondok yang saya lupa namanya, dan tidak mendapatkan hasil juga karena itu ialah Pondok Yatim Piatu dan tidak ada pembelajaran kitab kuning.
     Hari sudah mulai sore ,di saat lelah-lelah nya kami melanjutkan pencarian pondok pesantren menuju Ponpes Budi Utomo yang terletak di jl Broto rt 04 rw 23 kadipiro, Banjarsari, kota Surakarta . sampai di Ponpes Budi Utomo terlihat sekali dari bangunan pondok yang sangat megah dan sepertinya pondok tersebut adalah pondok modern. Lalu kami menemui satpam yang sedang berbincang dengan beberapa santri putri, kami bertanya kepada santri tersebut apakah ada pembelajaran kitab kuning, dan jawabanyya tidak ada pembelajaran kitab kuning.
     Selanjutnya kami menuju Pondok Pesantren Iman Bukhori, sampai di tujuan kami diarahkan oleh satpam yang berjada di depan untuk menuju kawasan pondok putri, sampai di kawasan pondok putri kami terkejut saat melihat seseorang mengenakan cadar, kami berfikir bahwa pondok tersebut beraliran Muhammadiyah dan kemungkinan tidak mengajarkan kitab kuning, saat meng hampiri orang tersebut dan bertanya-tanya , saya tidak faham dengan jawaban yang orang itu berikan karena volume suaranya sangat kecil dan bibirnya tertutup  cadar sehingga saya tidak menangkap secara jelas maksud dari perkatannya tersebut, akhirnya kami pergi dan mencari pondok lain.
Diperjalanan ada operasi SIM dan STNK, saya merasa khawatir meski sudah mempunyai SIM tapi STNK saya terlambat pajak 1 Hari ,pada akhirnya saya hanya mengeluarkan SIM saja , itupun SIM saya tidak dicek kebenarannya hanya sekedar ditunjukkan bentuknya kemudian saya diperintahkan untuk melanjutkan perjalanan, saya sudah merasa lega, kemudian kami berhenti di Masjid untuk melaksanakan sholat Ashar meskipun waktu sudah menunjukkan kurang lebih pukul 17.00, sekalian mengisi daya baterai di hp untuk menuju tempat selanjutnya.
     Hampir putus asa karena seharian full berkeliling dan tubuh ini semakin merasa lelah. Mengingat pentingnya tugas yang diberikan oleh Dosen kami , semangat kami muncul kembali untuk mencari pondok.selanjutnya kami menuju Pondok Pesantren Baitul Musthofa di Kedung Tungkul, rt 04 rw 07, Jebres, Mojosongo. Kami sampai di sana menjelang maghrib dan bertanya kepada seorang ibu-ibu , ternyata di ponpes itu tidak mengajarkan kitab kuning. Kemudian kami diberitahu bahwa di dekat tempat tersebut terdapat Ponpes yang kemungkinan mengajarkan Kitab kuning yaitu Pondok Pesantren Al-Insor di Plesungan, Gondangrejo, kabupaten Karanganyar. Tapi ibu itu menyarankan kami untuk sholat maghrib dahulu dan beristirahat sejenak, dan ibu itu sangat baik memberi kami minum walaupun hanya aqua, tapi sangat bermanfaat bagi kami.  Ibu itu juga menawarkan kami makan tapi kami menolak,  karena tidak ingin merepotkan ibu itu,  walaupun perut minta segera diisi. setelah itu anak dari ibu itu akan mengantarkan kami ke ponpes Al-Insof karena mempunyai teman di Ponpes Al-Insof.
     Sampai di Pondok Al-Insof hari sudah petang dan kami sangat berharap pondok tersebut terdapat pembelajaran kitab kuning dan teman saya diperbolehkan stay in di tempat itu. Saat bertemu dengan salah satu pengurus pondok bernama Umam terlihat masih muda, kami menjelaskan maksud dan tujuan kami. Kemudian mas Umam akan menyampaikan maksud dan tujuan kami kepada Romo ya’i, dan kami bertukar nomor yang bisa dihubungi untuk informasi selanjutnya. Akhirnya kami berpamitan dan Pulang menuju rumah masing-masing.
     Saya dan kelompok saya mendapatkan Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoirot, yang terletak di Gulon rt 05 rw 21, Jebres, kota Surakarta. Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoirot diasuh oleh Ustad Royali Raudi, beliau adalah lulusan Pondok Pesantren Sumur Nangka, Bangkalan, Madura. Dilihat dari logatnya beliau asli orang Madura.  Mushola Al-Muhajirin bertempat menjadi satu dengan Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoirot, merupakan induk yang mewadai setiap kegiatan dari santri putra dan putri.
Muhajirin berasal dari kata Hajara yang artinya Berhijrah, Muhajirin berarti orang-orang yang berhijrah. Kata hijrah ini berarti berubahlah akhlak, perilaku maupun perbuatan menuju jalan yang lebih baik. Sedangkan Miftahul Khoirot bermakna kunci kebaikan, suatu hak yang membawa manfaat bagi diri sendiri, orang lain maupun agama. Jika dikaitkan antara   Muhajirin dan Miftahul Khoirot  menjadi Jalan dan Kunci Dari Kebaikan.
H-1 sebelum  mondok kami survey dan membuat janji temu dengan pengurus Ponpes. Beliau menyetujui bahkan mempersilahkan kami kapan pun, untuk ikut serta belajar di Miftahul Khoirot. Masalah administrasi kami tidak dikenai biaya tapi kami dipersilahkan bershodaqoh seikhlasnya. Kemudian kami berpamitan untuk menyiapkan keperluan yang dibawa besok.
Tepat hari H kami mondok, kami berkumpul di Depan kampus IAIN pukul 08.00. meskipun sudah beberapa kali kami ke Ponpes Miftahul Khoirot, kami tidak hafal gang yang dilalui. perjalanan saat survei pun juga mengalami kendala dan saya ketinggalan dengan yang lain, satu-satunya harapan saya adalah handphone yang saya gunakan untuk mencari pondok tapi baterai handphone saya tinggal 1% dan saya menemukan pondok tersebut di saat handphone saya detik-detik terakhir.
     Tempat yang ditinggali oleh para santri putri adalah sebuah kost-kost an tepat di samping kanan masjid, karena pondok Miftahul Khoirot sedang dalam proses pembangunan, sedangkan tempat tinggal santri putra berada di samping kiri masjid. kegiatan pembelajaran di Pondok Pesantren ini diklakukan di Masjid setiap ba’da maghrib dan ba’da subuh.Sebenarnya Pondok Pesantren Putra sudah didirikan kurang lebih 3 tahun sedangkan Pondok Pesantren Putri baru didirikan beberapa bulan.
Sesampainya disana kamis disediakan 1 kamar untuk 6 orang, saat waktu siang tempat tersebut sepi karena santri yang ada, menempuh pendidikan di Universitas Negeri Sebelas maret dan Institut Seni Indonesia. tapi menjelang sore para santri sudah berada di PESMA, biasanya yang merasa longgar atau ada waktu luang membantu mengajar TPQ di masjid dekat PESMA. Saya dan teman-teman memanfaatkan waktu dan ikut serta membantu di TPQ , karena dari sampai di PESMA hingga sore kami tidak mempunyai kegiatan yang berkaitan dengan Studi Islam. Sebelumnya saya juga pernah ikut mengajar TPQ di kampung saya, hal sama yang saya temui disana ialah Anak merasa malu dan tidak berani bertemu dengan Orang yang baru mereka kenal. Maka dari itu saya mendekati mereka kemudian  mengajak ngaji dan hafalan bacaan doa sehari-hari. Ternyata anak-anak di situ setelah kami ajak berkenalan, mereka sudah tidak canggung dan kami bisa mengakrabkan diri. TPQ selesai pukul 17.30,  sebelum anak-anak pulang ke rumah masing-masing, kami memperkenalkan diri satu per satu. Setelah itu kami kembali ke PESMA.
     Adzan maghrib pun berkumandang, kami bergegas menuju mushola untuk sholat berjamaah, saat kami sholat maghrib disana jamaah putri-nya sangat sedikit. Santri putri di PESMA hanya berjumlah 15, itupun  tidak semua mengikuti sholat berjamaah. Mungkin itu hanya kebetulan disaat kami Stay in di tempat itu, dan mungkin biasanya tidak seperti itu. Selesai sholat maghrib dilanjutkan dengan dzikir, membaca doa dan sholawat bersama  dipimpin oleh imam yang sekaligus sebagai ustadz dan pengasuh  PESMA. kemudian ustadz menyampaikan sedikit materi mengenai sholat jum’at, dan dibuka sesi tanya jawab. Setelah itu para santri dipersilahkan kembali ke kamar masing-masing.
     Selesai mengikuti kegiatan ba’da maghrib di PESMA, saya dan teman-teman mengikuti kegiatan santri putra maupun putri latihan hadroh di Mushola, kami hanya melihat karena diantara kami tidak ada yang bisa memainkan dan bernyanyi musik hadroh/ sholawat. Kegiatan tersebut dibatasi waktunya sampai pukul 21.00 agar tidak menganggu warga sekitar. Saya sangat menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan, setiba dirumah saya langsung browsing lagu hadroh/sholawat apa saya yang sedang populer. Salah satu lagu yang paling berkenan di hati ialah Ya Habibal Qalby, sampai sekarang pun saya suka mendengarkan sholawatan tersebut. Tepat pukul 21.00 para santri mengakhiri kegiatan dan dilanjutkan makan bersama di teras mushola. saya dan teman saya juga ikut makan bersama, makanan tersebut disiapkan oleh santri putri dengan menu malam itu ialah nasi, tumis kangkung, tempe, dan telur dadar campur tepung. Makanan tersebut tidak disajikan dengan piring melainkan dengan kertas minyak yang diletakkan melabar di lantai, dan disediakan makanan yang telah dimasak dengan porsi banyak.  Setelah makan malam selesai kami kembali ke kamar masing-masing dan tidur.
      Saat Subuh saya dibangunkan oleh teman saya yang sudah bangun paling awal. Kemudian kami menuju mushola  dan kami terlambat 1 rakaat,  di rakaat pertama saya, tidak memakai ruku’, saya sempat bingung. Tapi saya mengikuti saja, rakaat kedua saya lakukan gerakan seperti yang biasa saya lakukan saat sholat subuh dirumah. Selesai sholat subuh berjamaah dilanjutkan dengan pembelajaran kitab kuning, dan santri  membaca Al-Quran satu persatu dan diartikan oleh ustadnya dengan bahasa jawa campur dengan bahasa indonesia.di akhir pembelajaran kami diberi sesuatu oleh Ustadz Royali yaitu  berupa pesan berbunyi “Bismillah Di Pekso”. Maknanya adalah semua kegiatan untuk mencari berkah dari allah harus dipekso dahulu baru kemudian merasa terbiasa dan tidak perlu dipaksa lagi dalam beribadah.
Kitab yang di pelajari di PESMA Miftahul Khoirot ada 5 kitab , antara lain: Bidayatul Hidayah, Ta’lim Muta’alim, Taqrib, Bulughul Maram, Tuhfatul Athfal. Ada tambahan 3 kitab yaitu Risalatul Mahid, Kitab mengenai Keaswajahan, dan Kitab kuning dari sidogiri.
     1. Bidayatul Hidayah  karya Imam Al-Ghozzali, membahas mengenai Fiqih
    2. Ta’lim Muta’alim karya Syeh Al-Zarnuji, membahas mengenai adab atau tata krama seorang murid kepada guru atau ustadz/ustadzah di pondok maupun sekolah.
     3. Taqrib karya Syihabuddin Abu Syujak Al-Ashfahani, kitab ini sangat populer di kalangan pesantren salaf yang membahas mengenai Fiqih, seperti kitab Bidayatul Hidayah dan Bulughul Maram.
     4.  Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Asqalani, kitab ini membahas mengenai hadis-hadis yang dijadikan sebagai sumber pengambilan hukum fiqih dan kitab ini menjadi rujukan utama bagi fiqih dari Mazhab Syafi’i.
     5. Tuhfatul Athfal membahas mengenai hukumhukum bacaan atau tajwid seperti idzhar, ikhfa, iqlab dan lain-lain.
Ada tambahan kitab kuning dari Sidogiri dengan trainning. Di solo , baru ada satu atau dua  pondok yang melakukan trainning. Kitab ini sebagai metode cepat membaca kitab kuning dan metode itu baru launching hari sabtu-ahad sebelum kami mondok. dan kami disarankan untuk mondok pada hari tersebut tapi kami sepakat satu leas untuk mondok hari Rabu-Kamis   Pembelajaran disana meiputi : Kitab, Hadrah, Qiroah, Tilawatl Quran, dan terkadang para santri mengadakan outbond bersama  untuk menciptakan rasa kebersamaan dan kekeluargaan. 

Waktu kami di Pondok Pesantren hampir 1x 24 jam sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. tapi sebelum kami Pulang , kami sempat mewawancarai beberapa santri di sana yang mempunyai waktu luang dan kebanyakan yang sudah semester atas, Motivasi salah satu santri masuk pesantren ialah karena basic dari awal yang sudah menempuh pendidikan di Pesantren. Lalu dari Pesantren masuk ke kota jadinya bagaimana kalau imannya tidak kuat. Untuk mengikat dan membentengi diri salah satu santri tersebut memutuskan  untuk masuk ke pesantren. Di Pesantren juga ada yang menjaga dan ada ustadz yang berperan sebagai orang tua. untuk membagi waktu antara kerja, kuliah, dan pondok dengan cara pagi sampai sore kerja, malamnya waktu untuk PESMA. Setelah itu  baru mengurusi masalah kuliah.
Ketua santri putri yang biasa kita panggil mbak Fitri. Motivasinya masuk PESMA hampir sama dengan santri lain juga untuk membentengi diri. Akhirnya kami berpamitan kepada pak ustadz di rumahnya dan kami diantarkan oleh mbak fitri Dan kami pulang ke rumah masing-masing pukul 10.00, saya sampai dirumah pukul 11.50.

kehidupan di Pondok Pesantren sangat berbeda jauh dengan kehidupan Umum, banyak yang berpendapat bahwa kehidupan di pondok itu sulit, banyak aturan, dan dikekang. Sedangkan di kehidupan umum bebas aturan yang ada tidak terlalu menuntut. Tapi kehidupan seperti di pondok pesantrenlah yang mampu menciptakan generasi rabbani  mandiri, santun, dan disiplin karena aturan-aturan yang berlaku.

Kamis, 22 Maret 2018

Kesengsaraan rakyat akibat kenaikan harga sembako

Nama :   Wanda Cahyaningrum
Kelas:   PBS 2C
NIM:   175231100
Words:    827

Kesengsaraan Rakyat Akibat Kenaikan Harga Sembako
Sembako (Sembilan Bahan Pokok) merupakan kebutuhan wajib yang harus dipenuhi. Disaat harga sembako mengalami kenaikan maka pemenuhan kebutuhan mengalami kesulitan, terutama untuk masyarakat golongan menengah kebawah. harga sembako yang ada,  tidak sesuai dengan pendapatan yang diperoleh, Kenaikan harga ini tidak di ikuti dengan kenaikan upah atau gaji, dan hal ini mengakibatkan adanya demo mogok kerja yang dilakukan oleh para buruh yang menuntut kenaikan upah untuk mencukupi kebutuhan. Kenaikan harga sembako ini di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Kenaikan harga BBM
Harga BBM juga mempengaruhi harga Sembako, jika harga BBM naik maka harga sembako juga ikut naik terutama dalam biaya produksi. Semua kegiatan perekonomian menggunakan BBM dan membutuhkan kendaraandengan bahan bakarnya sebagai alat transportasi.

2. Pasokan barang  yang tersedia
Banyaknya barang yang diinginkan, sedangkan barang yang tersedia semakin sedikit, juga mempengaruhi kenaikan harga dari barang tersebut. Permintaan atas barang akan semakin banyak dan barang menjadi langka, di sisi lain banyak masyarakat yang  sangat membutuhkan barang yang menjadi langka tersebut, pemilik barang memanfaatkan keadaan ini dan menjual barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari harga normal,  sehingga muncullah kenaikan harga dari barang yang sulit diperoleh. 

3. Sumber dari pasokan
Sumber pasokan yaitu tempat asal untuk memperoleh pasokan barang, jika di lihat dari jarak jauh atau dekatnya sumber pasokan barang  juga akan berpengaruh kepada harga barang. Barang yang didapat  dari sumber yang jauh memerlukan biaya yang besar dan harga dari barang tersebut lebih tinggi dari harga normal dipasaran, agar penjual tidak mengalami kerugian dan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. 

4. Pihak-pihak yang berbuat curang
Adanya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan melakukan kecurangan dengan menimbun barang. Barang yang dibeli dengan harga pasaran disimpan disuatu tempat. saat harga dari barang tersebut melonjak naik, pemilik barang baru menjual kembali, dan terjadi kelangkaan. barulah pihak-pihak atau oknum yang melakukan kecurangan  mengeluarkan barang yang ditimbun untuk diperjual-belikan dengan harga yang lebih tinggi. Dengan tujuan memperoleh keuntungan yang maksimal.

5. Pemanfaatan moment- moment tertentu
Biasanya harga sembako akan naik pada saat moment-moment tertentu seperti saat menjelang hari raya, imlek, dan lain-lain. Para pedagang memanfaatkan peluang yang ada dengan menaikkan harga dan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Walaupun barang yang dijual harganya dua kali lipat,  tetap akan dibeli masyarakat yang sangat membutuhkan dalam keadaan mendesak.

Kenaikan harga sembako memberikan dampak atau akibat yang diterima oleh masyarakat, terutama pada kesejahteraan rumah tangga yang pada awalnya dapat memenuhi kebutuhan sebelum adanya kelangkaan dan kenaikan harga barang. Hal ini sangat dirasakan pada masyarakat kelas menengah ke bawah. betapa susahnya memenuhi kebutuhan dengan harga bahan pokok yang semakin lama semakin naik, dan kebutuhan harus dipenuhi bagaimanapun caranya. sementara upah yang mereka peroleh tidak sebanding dengan jumlah kebutuhannya, bahkan ada yang di PHK untuk mengurangi  beban pabrik dan pada akhirnya menjadi pengangguran.
Kondisi sekarang ini akan membuat rakyat menengah ke bawah semakin menderita, bahkan kebutuhannya tidak dapat terpenuhi,  kemudian yang terjadi adalah kelaparan, kematian, dan tingkat kemiskinan meningkat. Sedangkan masyarakat yang serba kecukupan akan selalu menikmati hidup tanpa rasa khawatir bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan melanjutkan kehidupan selanjutnya. Banyak sekali fakta yang ada disekeliling kita, dapat kita lihat bagaimana keras dan gigihnya para pekerja. Terutama kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan.  Ada beberapa cara yang mungkin dapat digunakan untuk memperbaiki masalah perekonomian  yang seperti  ini, antara lain :
-Menggunakan barang dengan tidak Cuma-Cuma atau melakukan pemborosan
-Memanfaatkan barang yang tersedia disekitar dan juga dapat bermanfaat untuk digunakan, dengan mengurangi pemborosan.
-Bagi para konsumen atau pengguna seharusnya mengendalikan diri untuk tidak terlalu konsumtif dan menghabiskan persediaan dalam waktu yang singkat, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya.
-Pemasok barang menjual langsung hasil produksinya ke badan/ pihak penjualan yang resmi, agar hasil produksinya tersebar secara merata
-Mengembangkan kreativitas untuk mendapatkan barang pengganti bahan pokok jika sewaktu-waktu terjadi kelangkaan.
-Pemerintah Memastikan jalur distribusi dari petani di daerah produksi hingga ke pasar tradisional berjalan lancar tanpa ada kendala dan masalah.
Pemerintah memberikan sanksi tegas  kepada pihak yang berbuat curang dengan melakukan penimbunan barang dan memberi efek  jera kepada penimbun barang.
-Pemerintah memastikan dan melakukan pemetaan wilayah produksi
Kenaikan harga yang terjadi menjelang hari raya dapat di atasi dengan mempersiapkan suplai kebutuhan pokok sebelum hari raya, menambah jumlah produksi sebelum ramadhan.
-Pemerintah membuat kebijakan dengan menetapkan batas harga termahal/harga maksimum.
Dengan cara-cara yang tertera diatas mungkin dapat sedikit mengurangi masalah perekonomian yang terjadi, dan sedikit mengurangi beban masyarakat dengan tingkat menengah ke bawah. Naik turunnya harga dari bahan pokok merupakan hal yang biasa dijumpai dalam perekonomian suatu negara, dan secara terpaksa membeli barang yang ada meskipun dengan harga yang fantastis untuk memenuhi kebutuhan dan melangsungkan kehidupan.  Sebagai sesama makhluk kita seharusnya saling membantu, apabila ada orang-orang disekitar kita mengalami kesulitan. Tanpa memandang Ras, Suku, Agama, dan lain-lain. Lebih bagus lagi jika kita membantu tanpa mengharapkan pujian atau imbalan, karena semua itu akan dibalas oleh Allah SWT dengan kenikmatan yang luar biasa.